Aduh! ‘Cuan’ Bea Keluar Anjlok ke Level Terendah Tahun Ini

18 November 2022

NEWS – Maesaroh, CNBC Indonesia

18 November 2022

 

Jakarta, CNBC Indonesia – Penerimaan Bea Keluar (BK) pada Oktober 2022 anjlok dan menyentuh ke level terendah sepanjang tahun ini. Anjloknya penerimaan BK tidak bisa dilepaskan dari melandainya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK pada Oktober sebesar Rp 792 miliar atau ambles 67% dibandingkan September. Ini adalah kali pertama penerimaan BK bulanan tidak sampai menyentuh angka Rp 1 triliun sepanjang 2022.

Pada Januari penerimaan BK mencapai Rp 3,53 triliun, pada Februari tercatat Rp 2,95 triliun, pada Maret tercatat Rp 4,13 triliun, pada April tercatat Rp 3,81 triliun, dan pada Mei sebesar Rp 7,26 triliun. Pada Juni, penerimaan BK menembus Rp 8,31 triliun, pada Juli sebesar Rp 3,25 triliun, pada Agustus sebesar Rp 2,39 triliun, dan pada September sebesar Rp 2,39 triliun.

Penerimaan BK anjlok karena rendahnya menurunnya sumbangan kelompok CPO dan turunannya. Penerimaan BK dari kelompok tersebut hanya Rp 0,34 triliun pada Oktober 2022.

Nilai tersebut ambles 79% dibandingkan September 2022. Ini adalah kali pertama penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya di bawah Rp 0,5 triliun pada 2022. Dilihat dari nominalnya, penerimaan BK dari CPO dan produk turunannya turun Rp 1,28 triliun dalam sebulan.

Penerimaan BK CPO dan produk turunannya tak bisa dilepaskan dari melandainya harga komoditas tersebut.

Harga referensi CPO untuk periode 1 – 15 Oktober 2022 ditetapkan sebesar US$ 792,19/ton sementara untuk periode 16 – 30 September 2022 sebesar US$ 713,89/ton.

Dengan harga referensi tersebut, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$ 3/ton untuk periode 1-15 September dan US$ 33/ton untuk 16-30 Oktober 2022.

Penerimaan BK dari kelompok CPO dan turunnya dibagi ke dalam tiga kategori yaitu bungkil dan kernel, CPO, dan turunan CPO. Penerimaan BK dari kelompok turunan CPO anjlok 94,5% (month to month/mtm) menjadi Rp 0,04 triliun pada Oktober.

Penerimaan BK dari kelompok CPO ambles 59% (mtm) menjadi Rp 0,16 triliun sementara dari bungkil dan kernel anjlok 69% (mtm) menjadi Rp 0,15 triliun pada Oktober.

Penurunan penerimaan BK juga terjadi pada komoditas mineral. Penerimaan BK dari komoditas tersebut mencapai Rp 0,44 triliun atau lebih rendah dibandingkan pada September yang tercatat Rp 0,75 triliun.