FASILITAS PERPAJAKAN Insentif Fiskal Pacu Kinerja Ekspor

03 June 2022

Wibi Pangestu Pratama
Jum’at, 03/06/2022

Bisnis, JAKARTA — Insentif perpajakan yang disediakan pemerintah melalui kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dan kawasan berikat (KB) mampu mengakselerasi kinerja ekspor sepanjang tahun lalu.

Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat, ekspor dari KB dan KITE mencapai US$88,29 miliar pada 2021, melesat 43,56% (year-on-year/YoY).

Adapun kinerja impor dari KB dan KITE pada tahun lalu tercatat US$28,58 miliar sepanjang 2021 atau naik 41,8% secara tahunan.

Direktur Fasilitas Kepabeanan Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Untung Basuki mengatakan laju pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan impor mendorong terjadinya surplus US$59,71 miliar pada 2021.

“Kecenderungan impor pada Desember 2021 turun 3,07% secara bulanan. Ini mendorong surplus menjadi lebih besar karena ekspornya naik impornya turun,” kata dia, Kamis (2/6).

KB dan KITE disediakan oleh pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing perdagangan dan industri pengolahan nasional.

Fasilitas fiskal yang disediakan adalah pembebasan dan/atau pengembalian bea masuk dan/atau cukai serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang hasilnya untuk tujuan ekspor.

Selain itu, terdapat pula fasilitas KITE Pengembalian, yakni bea masuk yang dibayar terlebih dahulu kemudian dikembalikan (drawback) oleh pemerintah.

Dirjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengatakan pemberian fasilitas fiskal tersebut dapat mendukung pemulihan aktivitas usaha dan manufaktur, sehingga mendorong perekonomian masyarakat.

Terlebih, setelah pandemi Covid-19 dunia usaha perlu daya dorong agar mampu tumbuh dan menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Perusahaan yang mendapatkan fasilitas bisa menyerap tenaga kerja yang sangat masif, dan dengan mereka mendapatkan income akan berdampak terhadap pengurangan kemiskinan,” kata Askolani. ^(Wibi Pangestu Pratama)