Perpajakan Ditargetkan Tumbuh 10,5% di 2021, Bagaimana Caranya?

24 June 2020

detikFinance, Rabu, 24 Jun 2020 14:35 WIB

 

Jakarta – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menyebut target penerimaan perpajakan tumbuh di kisaran 2,5-10,5% pada tahun 2021. Angka tersebut naik drastis dibandingkan dengan perkiraan tahun ini yang minus 9,2%.

Kepala BKF Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan ada beberapa strategi yang akan dijalankan pemerintah dalam mengejar target penerimaan perpajakan di tahun 2021.

“Kita masuk reformasi perpajakan, penerimaan perpajakan kita relatif rendah dibanding negara sebanding, reform perpajakan ini tidak selesai dalam 1 tahun,” kata Febrio di ruang rapat Banggar DPR RI, Rabu (24/6/2020).

Dalam reformasi perpajakan ini, dikatakan Febrio, pemerintah akan menurunkan tarif PPh badan dari 25% menjadi 22% dan turun lagi menjadi 20%. Keputusan tersebut dipastikan akan menurunkan penerimaan namun dalam jangka panjangnya bisa menambah subjek pajak Tanah Air.

“Pemerintah melihat kita perlu berkorban dulu beberapa tahun sehingga penerimaan perpajakan akan turun pasti, tapi harapannya itu membuat daya saing usaha di Indonesia semakin kompetitif. Bisa menunjang ketinggalan kita dibandingkan negara-negara yang menjadi pesaing kita sekarang seperti Thailand, Vietnam, Filipina,” ujarnya.

Selanjutnya, pemerintah juga akan meminimalisir perpajakan yang tidak adil, mengembangkan platform nasional logistik, pemanfaatan big data dalam menarik kewajiban perpajakan.

Menurut Febrio, pemerintah belum bisa menerapkan ekstensifikasi dan intensifikasi di saat pandemi Corona. Pemerintah justru akan melanjutkan beberapa stimulus atau insentif kepada dunia usaha di 2021, salah satunya penurunan tarif PPh Badan.

“Ini diharapkan bisa membuat sustain penerimaan perpajakan meskipun tarifnya turun,” jelasnya.

Dengan strategi tersebut, Febrio mengatakan pemerintah memasang asumsi penerimaan perpajakan di kisaran 2,5% sampai 10,5%.

“Harapannya perpajakannya ikut membaik di 2021 kalau akan sangat dalam 2020, saat ini asumsi -9,2% sangat dalam kondisinya. Harapannya 2021 punya dua skenario, kita memang mempelajari ketidakpastian sehingga batas bawah kita taruh di 2,5% dan batas atasnya 10,5%,” ungkapnya.