Singapura, Surga Pajak RI yang Terpukul Resesi Ekonomi

14 July 2020

CNN Indonesia | Selasa, 14/07/2020 14:43 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — Singapura masuk ke jurang resesi ekonomi untuk pertama kali sejak 2009 silam. Kondisi ini terjadi di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Jiran Indonesia itu masuk resesi setelah pertumbuhan ekonomi negaranya minus dalam dua kuartal berturut-turut.

Laju ekonomi Singapura sudah minus 0,7 persen pada kuartal I 2020. Sementara, data awal Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menunjukkan bahwa perekonomian turun 41,2 persen pada kuartal II 2020 dari sebelumnya.

Lantas apakah resesi Singapura akan berdampak bagi Indonesia?

Seperti diketahui, Singapura dan Indonesia bukan hanya berdekatan secara geografis, namun juga memiliki hubungan yang erat di berbagai bidang. Khususnya ekonomi, baik dari sisi investasi, perdagangan, hingga surga pajak bagi pengusaha nasional yang nakal.

Menurut catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Singapura adalah penyumbang nomor satu aliran investasi bagi Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir. Pada kuartal I 2020, setidaknya ada US$2,7 miliar cuan para orang kaya Singapura yang masuk ke Indonesia.

Begitu juga pada 2019, jumlah totalnya mencapai US$6,5 miliar atau mencapai 23,1 persen dari total investasi yang masuk ke dalam negeri. Singapura bahkan selalu berhasil mengalahkan derasnya aliran uang dari China yang ‘mejeng’ di posisi kedua.

Pada kuartal I 2020, investasi dari China hanya sekitar US$1,3 miliar. Sementara, pada 2019 berkisar US$4,7 miliar atau 16,8 persen dari total investasi yang masuk ke Indonesia.

Jangankan China, Singapura juga selalu unggul dari Hong Kong, Jepang, dan Malaysia soal kekuatan sumber dana untuk Indonesia. Tak hanya soal investasi, produk-produk Singapura juga tak pernah absen di pasar domestik.

Hal ini tercermin dari nilai impor Singapura sebesar US$3,5 miliar pada Januari-Mei 2020. Secara nilai, memang impor dari Singapura masih kalah dari negara mitra dagang utama Indonesia, yaitu China dan Jepang yang nilainya masing-masing US$14,99 miliar dan US$5,34 miliar pada periode yang sama.

Kedua negara itu mengambil porsi impor 28,13 persen dan 10,04 persen dari total impor Indonesia. Namun, Singapura ada di posisi ketiga dengan porsi 6,59 persen dari total impor Indonesia.

Artinya, Singapura merupakan negara yang produk-produknya kerap digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tercermin pula dari kecenderungan masyarakat yang sering pelesiran ke Singapura hanya untuk berbelanja.

Sementara dari sisi ekspor, nilai ekspor Indonesia ke Singapura sebesar US$4 miliar pada Januari-Mei 2020 atau setara 6,56 persen dari total ekspor nasional. Singapura menjadi negara tujuan ekspor keempat bagi Indonesia setelah China, Amerika Serikat, dan Jepang.

Dengan kondisi itu, neraca perdagangan Indonesia-Singapura tercatat surplus US$500 juta pada periode tersebut. Artinya, Indonesia masih diuntungkan dengan kinerja perdagangan kedua negara.

Selain soal investasi dan perdagangan, Singapura juga punya peran lain, yaitu surga pajak bagi para pengusaha nasional yang nakal. Pengusaha Indonesia yang suka mangkir dari kewajibannya pembayaran pajak di dalam negeri biasanya melarikan ‘duit’ mereka ke Singapura.

Menurut catatan Panama Papers yang sempat bocor dan heboh pada beberapa tahun lalu, Singapura menempati urutan ke-4 dari 10 negara surga pajak di dunia. Singapura mengekor Swiss, Hong Kong, dan Amerika Serikat.

Boston Consulting Group pada 2015 melansir Singapura menyimpan seperdelapan saham global dari total kekayaan offshore. Laporan IMF pada 2014 memperkirakan lebih dari 95 persen bank di Singapura terafiliasi dengan bank asing.

Bank-bank itu bahkan disebutkan memiliki ketergantungan yang besar pada dana asing, khususnya dari pengusaha-pengusaha Indonesia. Singapura memberikan bunga menarik dan jaminan kerahasiaan data perusahaan yang menaruh uang di bank-bank mereka.

Menteri Keuangan periode 2014-2016 Bambang PS Brodjonegoro pernah memprediksi jumlah uang Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri mencapai Rp11 ribu triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2013-2018 Agus Martowardojo juga pernah memperkirakan bahwa sekitar Rp3.000 triliun di antaranya ada di Singapura.

Atas hal ini, pemerintah berusaha membuat dana-dana pengusaha yang ada di luar negeri ‘pulang kampung’. Caranya dengan menggelar program pengampunan pajak (tax amnesty) hingga menjalin kerja sama pelaksanaan sistem keterbukaan dan pertukaran informasi keuangan (Autormatic Exchange of Information/AEoI).

“Jadi saya tentu tetap mengharapkan para pembayar pajak Indonesia (di Singapura) untuk tetap menggunakan UU ini dan kesempatan ini untuk memperbaiki pelaporan (pajaknya) dan mensukseskan program amnesti ini di dalam rangka untuk membangun Republik Indonesia,” ucap Sri Mulyani kala itu.