Ada PPnBM, Multifinance Justru Kecipratan Berkah Mobil Bekas. Kok Bisa?

28 July 2021

Dealer mobil bekas justru tengah gencar menjaring pembeli yang mau bertransaksi lewat kredit leasing. Apalagi, yang mau mengambil tempo cicilan dalam waktu lama, karena dealer akan mendapatkan komisi.

Aziz Rahardyan – Bisnis.com 27 Juli 2021

Bisnis.com, JAKARTA – Kredit mobil bekas ternyata tak lesu dan tetap mampu menjadi andalan beberapa perusahaan pembiayaan (multifinance/leasing) di era new normal. Padahal, tak bisa dipungkiri kehadiran subsidi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk beberapa jenis mobil baru tengah memukul industri jual-beli mobil bekas.  Namun, pengamat Otomotif Bebin Djuana mengungkapkan dealer mobil bekas justru tengah gencar menjaring pembeli yang mau bertransaksi lewat kredit leasing.

Apalagi, yang mau mengambil tempo cicilan dalam waktu lama, karena dealer akan mendapatkan komisi.  “PPnBM membuat harga mobil bekas turun. Jadi dealer pasti nggak mau ada pembeli yang bayar cash. Pasti akan dirayu terus supaya mengambil kredit yang tenor lama, biar komisi dari leasing besar. Ini lumayan buat sedikit menutup rugi penurunan harga,” ungkapnya, kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Hal ini pun dirasakan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) sebagai multifinance yang mengandalkan produk kredit mobil bekas. Emiten berkode BFIN ini paham betul bahwa basis nasabah segmen mobil baru dan bekas memiliki perbedaan.  Nasabah pembiayaan mobil bekas, kebanyakan benar-benar berniat mengincar jenis mobil lawas tertentu yang diminatinya. Hal ini mendorong potensi nasabah leasing kendaraan bekas semakin besar, karena mereka tidak terlalu terpengaruh momentum PPnBM, justru mereka merasa senang karena harga mobil bekas incarannya turun.

Selain itu, dari sisi bisnis pembiayaan, kelebihan mobil bekas adalah depresiasi mobil sudah tidak sebesar dan secepat mobil baru. Sehingga, apabila terjadi kelalaian bayar angsuran yang menyebabkan terjadinya pengambilan kembali jaminan, tingkat kerugian biasanya tidak terlalu besar.  Baca Juga : Masih Optimistis, Sejumlah Multifinance Rilis Obligasi untuk Bekal Semester II “Jadi walaupun kita masih selektif di era pandemi ini, banyak nasabah baru yang kita terima, selama memenuhi kriteria pembiayaan dan catatan kredit di tempat lain tidak bermasalah sesuai data di biro kredit,” ungkapnya, Selasa (27/7/2021).

Alhasil, pembiayaan mobil bekas BFIN masih menjadi andalan, menyumbang Rp4,34 triliun atau 71,2 persen dari total nilai booking sepanjang semester I/2021. Tepatnya, Rp6,1 triliun, naik 48,7 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.  Berbeda, PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance) memilih pendekatan antisipasi penurunan realisasi pembiayaan mobil bekas lewat menggelar lelang secara online ditambah bundling program pembiayaan.

Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menuturkan, lewat langkah ini, kendaraan bekas pengembalian nasabah bisa terjual dengan penurunan nilai yang minim atau bahkan lebih baik sekaligus menjadi outstanding baru di segmen mobil bekas.  “Proses lelang digital telah dilakukan sebanyak 13 kali dengan nilai jual yang lebih baik sekitar 11 persen dibanding lelang secara fisik. Ke depannya, lelang digital atau online ini akan kami buka untuk seluruh komunitas, maupun masyarakat umum,” ujarnya.  Sementara itu, PT Mandiri Utama Finance (MUF) mengaku tetap mendapatkan berkah dari mobil baru maupun mobil bekas, yang masing-masing seimbang dan jumlahnya mendominasi hingga 70 persen dari pembiayaan yang disalurkan.

“Jadi insentif PPnBM 0 persen memang sangat menstimulasi pasar, hanya tidak disertai dengan supply yang memadai. Itu akhirnya berpengaruh juga ke keputusan nasabah [mengambil mobil baru atau bekas],” ungkapnya.  Pada akhirnya, pembiayaan baru anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ini mampu naik ke Rp4,7 triliun sepanjang semester I/2021. Jauh bila dibandingkan dengan periode 2020 yang sepanjang tahun saja hanya Rp5,8 triliun.  “Dengan kondisi pasar mobil yang membaik ini, kita berani mematok sampai akhir tahun untuk target Rp8,1 triliun. Karena sampai dengan Juli 2021 pun pertumbuhan MUF berjalan sesuai target walaupun ada pembatasan sosial, jadi kita optimis mencapai target,” ungkapnya.