Penerimaan Ditjen Bea Cukai Kemenkeu capai Rp 105,16 triliun

02 August 2019

Kontan, Senin, 26 Agustus 2019 / 15:33 WIB

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Realisasi kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai sepanjang Januari-Juli 2019 mencapai Rp 105,16 triliun atau 50,36% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, serta mampu tumbuh sebesar 13,22% year on year (yoy).

Komponen penerimaan cukai merupakan penopang utama dari total realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai. Lebih dalam, jika dilihat dari sisi pertumbuhannya, penerimaan cukai tumbuh didorong utamanya oleh penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) dan cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA). Dimana penerimaan CHT sebesar 22,51% yoy dan MMEA 18,45% yoy.

Direktur Jenderal (Dirjen) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kemenkeu Heru Pambudi mengatakan, faktor pendorong pertumbuhan penerimaan CHT yaitu jumlah produksi hasil tembakau (HT) bulan Juli tahun 2019 yang masih tumbuh dibanding pada Juli 2018, serta tarif tertimbang efektif yang hanya turun tipis dibandingkan dengan tarif awal tahun 2019.

Selain itu, dampak pergeseran pelunasan pita cukai HT masih menjadi pendorong pertumbuhan penerimaan cukai sejak awal tahun 2019. Penerimaan bea masuk (BM) telah terealisasi sebesar Rp20,69 triliun atau 53,18% dari target APBN 2019. Jika dilihat dari sisi pertumbuhannya, penerimaan BM tumbuh negatif 3,42% (yoy).

“Hal ini diperkirakan terjadi akibat penurunan kinerja impor pada hampir semua jenis lapangan usaha, utamanya sektor Perdagangan Besar dan Eceran, serta Industri Pengolahan,” kata Heru dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi Agustus 2019, Senin (26/8).

Lebih lanjut Heru menerangkan, berdasarkan komoditasnya, penurunan BM utamanya dikontribusikan oleh turunnya impor komoditas bensin, minyak bumi, beras, serta pesawat terbang dan perlengkapannya.

Di sisi lain, realisasi penerimaan bea keluar (BK) telah mencapai Rp1,85 triliun atau 41,83% dari target APBN 2019. Pertumbuhan penerimaan BK mengalami pertumbuhan negatif 52,72% (yoy).

Heru meramal penerimaan BK yang masih tumbuh negatif diperkirakan terjadi akibat turunnya kinerja ekspor pada seluruh sektor usaha.

Terkecuali sektor usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang masih mampu sedikit mengalami kenaikan. Berdasarkan jenis komoditas, kinerja ekspor komoditas konsentrat tembaga menjadi kontributor utama penurunan pertumbuhan penerimaan BK.