Penerimaan Perpajakan akan Dapat Windfall Profit Rp 327,9 Triliun

09 August 2022

Senin, 8 Agustus 2022 | 21:34 WIB
Triyan Pangastuti (redaksi@investor.id)

JAKARTA, investor.id – Penerimaan perpajakan akan mendapatkan windfall profit Rp 327,9 triliun hingga akhir tahun ini, seiring lonjakan  harga komoditas ekspor RI. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, lonjakan harga komoditas Internasional yang berdampak positif terhadap penerimaan negara tahun ini, diproyeksi tidak terulang di tahun depan.

Oleh karena itu, pemerintah akan mengantisipasi adanya risiko penurunan harga komoditas dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.

“Untuk pendapatan negara tahun depan memang ini menjadi salah satu yang perlu untuk kami perhatikan, karena tahun ini windfall profit yang berasal dari komoditas sangat tinggi,” ucapnya dalam konferensi pers usai Sidang Kabinet di Istana Kepresidenan, Senin (8/8).

Ia menjelaskan, tahun ini, APBN mendapatkan berkah atau windfall profit dari kenaikan harga komoditas khususnya untuk penerimaan negara dari perpajakan. Dalam hitungannya, diproyeksikan sisi penerimaan pajak akan mendapatkan windfall profit Rp 327,9 triliun  hingga akhir tahun ini.

Nilai itu terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp 279 triliun, dan pendapatan bea dan cukai khususnya untuk bea keluar dari komoditas CPO sebesar Rp 48,9 triliun. “Ini mungkin tidak akan berulang atau tidak akan setinggi ini untuk tahun depan,” tandasnya.

Prediksi Harga Komoditas
Berbagai komoditas unggulan Indonesia telah mengalami lonjakan harga, seperti batu bara, bauksit, nikel, tembaga, hingga minyak kelapa sawit. Kenaikan ini antara lain imbas dari ketegangan geopolitik perang Rusia dan Ukraina.

Namun, di tahun depan, harga komoditas diyakini mulai melandai. Seperti harga minyak mentah, tahun depan, akan berada di kisaran US$ 90 per barel, menurun dari tahun ini yang mencapai US$ 95-100 per barel. Begitu juga harga batu bara diprediksi melemah, dari US$ 244 per ton menjadi US$ 200 pada tahun depan.

“Sedangkan untuk CPO yang pada tahun ini sebesar US$ 1.350 (per ton) diperkirakan juga akan menurun di bawah US$ 1.000. Ini semuanya harus dipertimbangkan di dalam mengestimasi penerimaan negara tahun depan. Pemerintah memastikan akan terus mengamati berbagai perkembangan terkini, termasuk potensi penurunan harga komoditas dalam menyusun APBN 2023,” tandas Menkeu.

Terlebih, pemerintah menargetkan defisit APBN tahun depan akan berada dibawah 3% terhadap PDB, sebagaimana komitmen pemerintah dalam Undang-Undang No 2/2020.

“Jadi tentu ini semuanya harus dipertimbangkan dalam melakukan estimasi penerimaan negara tahun depan,” ucapnya.

Sementara itu, sampai akhir Juli 2022, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatatkan surplus sebesar Rp 106,1 triliun. Nilai itu setara dengan 0,57% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Hal itu karena pendapatan negara menembus Rp 1.551 triliun atau tumbuh 21,2% (yoy), sedangkan belanja negara hanya tumbuh 13,7% (yoy)  ke Rp 1.444,8 triliun.

Editor : Esther Nuky (esther@investor.co.id)