Pengembangan Manufaktur Butuh Insentif Fiskal

12 August 2019

Bisnis.com 12 Agustus 2019  |  16:49 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Insentif fiskal dipandang masih menjadi kunci menstimulus pengembangan manufaktur di Indonesia.

Kepala Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Kementerian Keuangan Rofyanto Kurniawan menyatakan bahwa sektor manufaktur makin menarik seiring dengan revisi Tax Holiday pada akhir 2018.

“Dalam regulasi sebelumnya Tax Holiday itu direvisi soal untuk bisa approval perlu rapat antarkementerian dan lembaga atau komite. Sekarang sudah tidak ada,” jelas Rofy di Kantor Bank Indonesia, Senin (12/8/2019).

Menurut Rofy, upaya menghilangkan rantai proses verifikasi itu telah memangkas proses. Alhasil investor lebih berminat investasi khususnya di bidang industri.

“Untuk dapatkan tax holiday bisa ajukan ke OSS [Online Single Submission] asal matchada notifikasi ada kepastian di awal nanti ditindaklanjuti dengan SK,” ungkapnya.

Asal tahu saja tax holiday tertera dalam kebijakan PMK 35/2018. Aturan tax holiday ini memuat simplifikasi proses dan konten tersebut merupakan evolusi dari dua peraturan sebelumnya yaitu PMK 130/2011 dan PMK 159/2015.

Rofy menjabarkan bahwa sejak 2015 sampai 2018, tax holiday telah memberi persetujuan kepada 27 Wajib Pajak (WP).

Total industri yang telah menerima tax holiday antara lain industri metal, kimia, dan infrastruktur.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi menyatakan bahwa sejumlah insentif fiskal dari pemerintah memberikan dampak bagi pembangunan manufaktur.

Salah satunya yang diharapkan adalah rencana super deduction tax yang akan membantu mendorong kualitas sumber daya manusia (SDM) vokasi.

“Dengan mendapatkan insentif 200% saja dia [investor] itu sudah beruntung,” kata Doddy.

Ke depan dengan sinergi antara OSS dan roadmap manufaktur, Doddy berharap bisa mengoptimalisasi kontribusi ekspor manufaktur Indonesia.

Bisnis.com mencatat, Januari 2019 sampai Juni 2019 kontribusi ekspor dari sektor manufaktur mencapai US$60,14 miliar atau 74,88% dari komposisi ekspor nasional US$80,32 miliar.

Tahun sebelumnya total kontribusi industri adalah US$180,21 miliar. Manufaktur berkontribusi 72,18% atau US$130,09 miliar.