Realisasi penerimaan pajak meningkat seiring pemulihan ekonomi dari dampak pandemi

17 November 2021

Rabu, 17 November 2021 |

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan tren penerimaan pajak terus meningkat dipicu oleh adanya pemulihan ekonomi yang semakin kuat. Tercatat hingga Oktober 2021, realisasi penerimaan pajak sudah sebesar Rp 953,6 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan realisasi tersebut tumbuh 15,3% dibanding kinerja pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat kontraksi 18,8% atau realisasinya hanya Rp 69 triliun. Menurutnya, pertumbuhan itu terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

“Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Pajak yang tahun lalu kontraksinya 18,8%, tahun ini recover dengan pertumbuhan 15,3%,” ujarnya dalam acara virtual, Selasa (16/11). Dia memerinci, secara keseluruhan, pada Oktober 2021 pendapatan negara sudah sebesar Rp 1.510,0 triliun atau 86,6% dari target dalam pagu APBN 2021 yakni sebesar Rp 1.743,6 triliun. Adapun capaian ini juga tumbuh 18,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.277 triliun. Baca Juga: Begini dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap ekonomi Indonesia

Sementara itu, dari sisi kepabeanan dan cukai, realisasinya mencapai Rp 205,8 triliun atau tumbuh 25,5%. Realisasi itu setara 95,7% dari target Rp 215,0 triliun. Kemudian, dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sudah sebesar Rp 349,2 triliun atau tumbuh 25,2% yoy.  Realisasi itu setara 117% atau sudah melampaui target dari target Rp 298,2 triliun karena didukung kenaikan harga komoditas. “Peningkatan kinerja PNBP utamanya didukung penerimaan SDA sejalan tren peningkatan harga komoditas,” ucapnya. Lebih lanjut, Sri Mulyani menegaskan di saat ekonomi mulai pulih maka belanja akan dikendalikan secara bertahap, namun dipastikan tidak akan mengorbankan sisi belanja untuk penanganan Covid-19 yang masih membutuhkan anggaran. Sri Mulyani juga mewanti-wanti bahwa pemerintah dan masyarakat tidak boleh lengah dengan pencapaian tersebut. Sebab ancaman Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. “Kondisi geopolitik global yang dinamis juga menjadi tantangan baru seiring pemulihan ekonomi global,” pungkasnya.