Setoran Bea Masuk & Cukai Anjlok, Begini Penjelasan Sri Mulyani!

26 April 2024

NEWS – M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia

26 April 2024

 CNBC Indonesia – Penerimaan bea dan cukai Kementerian Keuangan pada kuartal I-2024 anjlok. Selain karena harga-harga komoditas yang turun dan aktivitas impor yang melambat, penurunan produksi rokok juga menjadi pemicunya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Maret 2024 hanya sebesar Rp 69 triliun, turun 4,5% bila dibandingkan dengan realisasi pada Maret 2023 yang sebesar Rp 72,3 triliun.

Ia pun merincikan, untuk setoran bea masuk hanya Rp 11,8 triliun, atau turun 3,8% dari periode yang sama tahun lalu. Dipicu oleh turunnya aktivitas impor di dalam negeri. Per Maret 2024, impor Indonesia telah terkontraksi 12,76% yoy.

“Kontraksi impor lebih dalam membuat penerimaan bea masuk dalam hal ini turun 3,8% dari apa yang kita capai tahun lalu,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN edisi April 2024 di kantornya, Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Sementara itu, dari sisi bea keluar setorannya naik sebesar 37% menjadi senilai Rp 4,2 triliun. Disebabkan bea keluar tembaga yang tumbuh 530,9% akibat relaksasi ekspor komoditas tembaga, meskipun bea keluar sawit turun 68,8% karena penurunan rata-rata harga CPO dan volume ekspornya.

Penurunan rata-rata harga CPO 2024 sebesar 11,6% secara tahunan dari US$ 890/MT menjadi US$ 787/MT, sedangkan volume ekspornya turun 13,7% dari 10,5 juta menjadi 9,1 juta per Maret 2024.

“Kalau kita lihat bea keluar tembaga dipengaruhi relaksasi ekspor tembaga dan untuk sawit kita mengalami penurunan karena harga sawit masih di bawah,” ucap Sri Mulyani.

Adapun untuk setoran cukai juga turun sebesar 6,9% pada kuartal I-2024 menjadi hanya sebesar Rp 53 triliun. Penurunan ini disebabkan cukai hasil tembakau turun 7,3% karena penurunan produksi November-Desember 2023 sebesar 1,7% akibat kebijakan pengendalian konsumsi rokok.

Sedangkan cukai minuman beralkohol atau minuman mengandung etil alkohol (MMEA) tumbuh 6,6% bersama dengan cukai etil alkohol yang tumbuh 16,2% pada periode itu sejalan dengan pertumbuhan produksi kedua barang kena cukai tersebut.

“Cukai MMEA tumbuh 6,6% karena kegiatan restoran, hotel, pariwisata yang meningkat,” tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu.