KINERJA SEKTOR PROPERTI, Prapenjualan Emiten Mulai Moncer

24 June 2021

BisnisIndonesia, Kamis, 24/06/2021 02:00 WIB

Bisnis, JAKARTA — Emiten sektor properti dan lahan industri membukukan prapenjualan yang semakin tebal menjelang pertengahan tahun ini. Faktor insentif pajak, tingginya kebutuhan hunian, dan ancang-ancang ekspansi para pelaku usaha menjadi faktor pendorong.

Emiten pengembang lahan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. melaporkan telah meraih pendapatan prapenjualan atau marketing sales senilai Rp129,2 miliar pada Mei 2021. VP Head of Investor Relations Surya Semesta Erlin Budiman menjelaskan prapenjualan lahan itu berasal dari proyek Suryacitpta City of Industry Kawarang.

“Prapenjualan lahan seluas 7,5 hektare ke perusahaan teknologi regional dengan average selling price  senilai US$123 per meter persegi, dengan total nilai Rp129,2 miliar,” kata Erlin dalam keterangan resmi, Rabu (23/6).

Emiten dengan kode saham SSIA ini menargetkan penjualan lahan seluas 20 hektare (ha) di proyek Suryacipta City of Industry Karawang. Selain itu, SSIA menargetkan komitmen penjualan lahan seluas 40 ha di proyek Subang Smartpolitan pada 2021.

Penjualan tanah industri yang belum bergairah pada awal tahun ini dinilai karena investor masih banyak yang menunda keputusan investasi akibat lockdown di beberapa negara.

“Namun demikian, sektor kawasan industri mengantisipasi peningkatan minat dari sektor berbasis teknologi dan logistik dalam beberapa bulan mendatang,” kata Erlin.

SSIA pun optimistis pendapatan pada 2021 akan meningkat 15% ditopang oleh penjualan lahan industri. Namun, ketercapaian target itu tetap dibayangi oleh faktor dampak pandemi yang memburuk.

Secara terpisah, PT Intiland Development Tbk. hampir mencapai 50% dari target penjualan hingga pertengahan Juni 2021. Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menyampaikan pencapaian marketing sales atau penjualan sampai pertengahan bulan ini sekitar Rp947 miliar.

Angka tersebut setara dengan 47,35% dari target Rp2 triliun yang dibidik emiten berkode saham DILD itu pada 2021.

“Target kami tahun ini memang sekitar Rp2 triliun. Sampai pertengahan Juni ini sekitar Rp947 miliar. Semoga angkanya belum closing sampai akhir Juni,” ungkapnya, Selasa (22/6).

Realisasi itu melanjutkan kinerja marketing sales yang tumbuh positif pada kuartal I/2021. Berdasarkan data perseroan, prapenjualan DILD pada kuartal I/2021 melonjak 164,95% year on year dari Rp117 miliar pada kuartal I/2020 menjadi Rp310 miliar.

Pada tahun ini, Archied mengungkapkan DILD fokus kepada proyek-proyek berisiko rendah atau low risk. Alasannya, permintaan konsumen pada proyek berisiko tinggi saat ini belum cukup kuat.

Dia pun mengaku bahwa beberapa proyek perseroan tahun ini perlu perencanaan ulang sesuai dengan kondisi pandemi Covid-19 yang menarik minat konsumen.

Sebelumnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk. mengumumkan penjualan properti perseroan di klaster Aether BSD City dan klaster Lumihous Legenda Wisata Cibubur laris manis. Seluruh unit yang diluncurkan disebut sudah terjual 100%.

Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya memaparkan emiten dengan kode saham BSDE ini setidaknya sudah mengantongi pendapatan prapenjualan senilai Rp388 miliar dari penawaran seluruh unit di dua klaster tersebut.

Hermawan menjelaskan klaster Aether menawarkan 100 unit dengan harga mulai dari Rp2,9 miliar hingga Rp4,5 miliar per unit.

“Seratus unit terjual habis dan menyumbang hasil prapenjualan sebesar Rp280 miliar,” kata Hermawan dalam keterangan resmi, Senin (14/6).

Di luar kawasan BSD City, BSDE juga terus mengembangkan produknya di Legenda Wisata Cibubur berupa klaster residensial Lumihous.

“Lumihous menawarkan 126 unit dengan harga Rp1,0 miliar per unit, 100% terjual habis dan memberikan kontribusi prapenjualan sebesar Rp108 miliar,” terang Hermawan.

PEPANJANGAN INSENTIF

Pada perkembangan terbaru, pemerintah akhirnya memutuskan memperpanjang masa pemberian insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) 100% atas penyerahan rumah tapak atau rusun dengan harga maksimal Rp2 miliar hingga Agustus 2021.

Direktur Keuangan PT Metropolitan Land Tbk. Olivia Surodjo mengatakan insentif PPN dari pemerintah untuk sektor properti sedikit-banyak telah mendorong prapenjualan perseroan.

Namun, Olivia menyebut dampak positif insentif pemerintah belum terlalu dirasakan perseroan karena MTLA tidak begitu memiliki banyak stok yang dapat diserahterimakan hingga Agustus 2021.

“Efeknya ada tapi belum terlalu maksimal karena ada pembatasan serah terima dibatasi Agustus. Sementara rumah stok kami tidak terlalu banyak sehingga PPN itu ada dampaknya tapi kami tidak bisa maksimal karena stok kami tidak ada,” kata Olivia, Senin (15/6).

Dia pun berharap pemerintah dapat memperpanjang insentif PPN hingga akhir tahun. Apabila pemerintah dapat mengumumkan kelanjutan insentif tersebut dari sekarang, Metland disebut berkesempatan untuk segera membangun lebih banyak properti yang dapat diserahterimakan hingga Desember 2021.

Hingga akhir Mei 2021, Metropolitan Land sudah membukukan pendapatan prapenjualan atau marketing sales senilai Rp553 miliar. Realisasi itu mencerminkan ketercapaian target sebesar 66,36 persen dari target marketing sales tahun ini sebesar-besarnya Rp1,2 triliun.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur PT Ciputra Development Tbk. Harun Hajadi juga menyampaikan insentif yang digelontorkan pemerintah untuk sektor properti pada awal tahun ini menjadi salah satu pendongkrak marketing sales perseroan.

“Penjualan sampai dengan Mei sekitar Rp2,8 triliun atau sekitar 89 persen lebih tinggi dari 2020 yoy,” kata Harun kepada Bisnis, Kamis (10/6).

Harun berharap insentif pemerintah untuk sektor properti dapat diperpanjang hingga akhir tahun. Ciputra Development berencana bakal meluncurkan dua proyek properti lagi pada semester II/2021.