PROSPEK KINERJA, Emiten Komponen Menanti Sengatan PPNBM

28 April 2021

Adapun, pemerintah memberikan relaksasi PPnBM mulai 1 Maret sampai 31 Desember 2021 untuk
kendaraan bermotor roda empat dengan kapasitas mesin sampai 1.500 cc. Pemerintah kemudian
memperluas relaksasi tersebut sampai dengan kapasitas mesin 2.500 cc mulai 1 April.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan dari pabrik ke
dealer atau wholesales roda empat pada Maret 2021 mencapai 84.910 unit, naik 72,6% dibandingkan
dengan Februari.
Penjualan ritel mobil pada bulan lalu tercatat sebanyak 77.511 unit. Angka ini naik 65,1% jika
disandingkan dengan kinerja penjualan Februari 2021 yang meraih 46.943 unit.
Tak hanya secara bulanan, relaksasi pajak yang digulirkan pemerintah juga berhasil mendorong
penjualan mobil secara tahunan. Gaikindo mencatat, wholesales pada Maret 2021 tumbuh 10,5%,
sedangkan penjualan ritel naik 28,2% secara tahunan (yoy).
Head Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetyo mengatakan sentimen diskon pajak
atau PPnBM diharapkan dapat mendongkrak kinerja penjualan mobil baru tahun ini, dalam upaya
pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
“Di satu sisi, ini adalah celah untuk emiten penjual mobil di Indonesia untuk meraih performa kinerjanya
seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi. Namun di sisi lain harus menerjang tantangan bahwa daya
beli masyarakat belum pulih total,” kata Frankie kepada Bisnis, Senin (26/4).
Di sisi lain, lanjutnya, dengan keputusan pemerintah untuk melarang mudik menjelang Lebaran 2021
berpeluang bakal menahan laju penjualan mobil.
Dia pun melihat bahwa kinerja emiten komponen otomotif tak semuanya menggembirakan
pascaberlakunya insentif pajak dari pemerintah. Hal itu membuktikan bahwa kinerja emiten otomotif
tak serta merta mengerek kinerja perusahaan dan saham emiten komponen otomotif.
“Jadi sederhananya jika penjualan mobil baru meningkat belum tentu turut mendongkrak penjualan
spare part mobil dalam waktu dekat, karena usia mobil yang masih baru,” jelasnya.
Dia mengatakan sektor komponen otomotif juga terpukul akibat mobilitas masyarakat yang belum
signifikan. Apalagi nantinya akan ada larangan mudik Lebaran yang dapat kembali menekan penjualan
komponen otomotif.
“Untuk spare part ban mobil, cukup tertolong dari harga komoditas karet sebagai bahan baku utama
turun. Jadi bisa menekan harga pokok produksi perusahaan,” katanya.Menurutnya, emiten ban mobil seperti PT Indo Kordsa Tbk. (BRAM), PT Goodyear Indonesia Tbk.
(GDYR), dan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) memiliki kinerja saham yang lebih baik daripada sektor
komponen mobil lainnya yang cenderung turun.
Sekadar catatan, per Selasa (27/4), sepanjang tahun ini harga saham GJTL berhasil naik 41,22%.
Sementara itu, pada periode yang sama saham GDYR terapresiasi 3,52% dan BRAM 4,00%.
Untuk itu, Frankie merekomendasikan saham GJTL. Telebih perusahaan yang sahamnya dikoleksi oleh Lo
Kheng Hong tersebut memiliki kinerja paling baik pada 2020 lalu jika disandingkan dengan emiten ban
lainnya.
“Dari sisi rasio kunci yaitu PBV, yang cukup rendah yaitu 0,48x. Pada 2016 PBV nya pernah menyentuh
level 0,96x, namun turun ke level 0,6x sepanjang tahun 2017. Jadi jika PBV-nya bisa kembali ke level 0,6x
saja, maka target harga sahamnya dikisaran 1.100 – 1.200,” paparnya.
Adapun, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sepanjang tahun
lalu. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih GJTL naik 19,05% menjadi Rp320,37 miliar.
Pada tahun sebelumnya, laba bersih GJTL tercatat Rp 269,11 miliar.
Meskipun berhasil mengerek laba bersih, pendapatan perusahaan di tahun lalu kurang moncer. Gajah
Tunggal mengantongi pendapatan sebesar Rp 13,43 triliun atau menyusut 18,61% dari tahun
sebelumnya.
Sementara itu, dia juga melihat, emiten komponen otomotif lain seperti PT Selamat Sempurna
Tbk.(SMSM) relatif mampu bersaing lantaran produknya yang cukup beragam dengan harga yang
ekonomis. Kinerja sahamnya secara year to date pun terangkat 1,44%.
KLAIM PEMERINTAH
Sementara itu, pemerintah mengklaim industri komponen otomotif mulai menunjukan tren positif
meskipun belum signifikan pascakebijakan diskon pajak pembelian mobil.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati
Wibawaningsih mengatakan sebelum terjadi pandemi Covid-19 IKM komponen otomotif mencatat
penjualan yang tinggi.
Setelah terjadi pandemi penjualan tinggal 20% dari kondisi sebelum pandemi. Adapun tahun ini sampai
Maret sebelum PPnBM penjualan sebesar 40-50% dari level normal.
“Namun, setelah adanya regulasi PPnBM penjualan naik menjadi 70-80% tetapi belum 100% sebelum
ada pandemi,” katanya.Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (Pikko) Wan Fauzi
mengatakan utilisasi pabrikan komponen saat ini sudah berkisar di level 70%.
Adapun, pada awal tahun ini, utilisasi masih berada di kisaran 60%. Meskipun demikian, utilisasi
tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya di kisaran 50%.
“Sekarang sudah ada kenaikan meski belum 100%, utilisasi sudah sekitar 70% baik untuk motor atau
mobil,” katanya kepada Bisnis, Senin (19/4).
Sayangnya, Fauzi menyebut pelaku usaha komponen masih menghadapi sejumlah tantangan, di
antaranya harga material yang belum turun sejak awal tahun lalu.
Menurut Fauzi kenaikan tersebut hanya terjadi pada material dari dalam negeri, sedangkan material
impor saat ini harganya sudah lebih stabil bahkan cenderung turun.
Fauzi pun meminta produsen baja lokal agar kembali mempertimbangan pemberian harga jual
mengingat kondisi sulit yang masih dihadapi industri penggunanya